Jumat, 10 Mei 2013


REGISTER BAHASA GORONTALO DI KALANGAN PENGRAJIN PANDAI BESI
(Suatu Kajian Sosiolinguistik)

Herman Didipu
Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak
Register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi merupakan salah satu dari sekian banyak variasi bahasa Gorontalo dalam hubungannya dengan jenis pekerjaan. Para pengrajin pandai besi atau dalam bahasa Gorontalo disebut ta moodupawa mempunyai istilah-istilah atau kata-kata khas yang khusus menyebutkan jenis peralatan pekerjaan yang mereka gunakan, setiap tahapan pembuatan barang produksi, hingga barang produksinya pun mempunyai nama-nama khusus yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.Seiring berjalannya waktu, register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi mulai terancam punah.Hal ini disebabkan oleh mulai berkurangnya penutur bahasa Gorontalo yang bermatapencaharian sebagai pengrajin pandai besi.Hal ini tentunya berimplikasi pada ancaman kepunahan bahasa Gorontalo itu sendiri.Untuk itu, dianggap perlu untuk melakukan inventarisasi dan kajian terhadap ragam register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi. Untuk kepentingan inventarisasi dan kajian, register bahasa Gorontalo tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu (1) register bahasa Gorontalo ditinjau dari peralatan-peralatan yang digunakan; (2) register bahasa Gorontalo ditinjau dari tahapan-tahapan proses pengerjaan barang produksi; dan (3) register bahasa Gorontalo ditinjau dari nama-nama barang hasil produksi.
Kata Kunci : register, bahasa Gorontalo, pengrajin pandai besi.


PENDAHULUAN
Bahasa Gorontalo merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia.Dalam penggunaannya, bahasa Gorontalo memiliki berbagai variasi yang salah satunya ditentukan oleh jenis pekerjaan atau profesi masyarakat.Artinya, penggunaan bahasa Gorontalo di setiap kalangan pekerjamempunyai variasi yang berbeda baik dari penamaan peralatan maupun dari kata atau ungkapan dalam percakapan.Kalangan masyarakat nelayan (ta moohalawa) mempunyai variasi berupa kata-kata khas yang khusus digunakan oleh masyarakat nelayan.Masyarakat petani (ta moomengia) memiliki variasi bahasa Gorontalo tersendiri yang khusus digunakan di kalangan mereka.Demikian pula dengan kalangan masyarakat pengrajin pandai besi(ta moodupawa) yang mempunyai variasi tersendiri baik dari penamaan peralatan yang digunakan, setiap tahapankegiatan pekerjaan, hingga hasil produksinya.
Salah satu variasi bahasa Gorontalo berdasarkan jenis pekerjaan adalah kalangan masyarakat pengrajin pandai besi, atau yang disebut ta moodupawa.Dalam bidang pekerjaan pandai besi, para pekerja mempunyai istilah-istilah atau kata-kata khas yang khusus menyebutkan peralatan pekerjaan yang mereka gunakan.Selain itu, dalam hal tahapan pembuatan barang – pisau, parang, dan lain-lain –mempunyai istilah atau kata-kata khusus.Bahkan, sampai dengan barang produksinya pun mempunyai nama-nama khusus yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.
Penggunaanseperangkat bahasa atau kosataka yang khas dalambidang pekerjaan tertentu disebut register (Wardaugh2006:48). Penggunaan kata atau istilah antara bidang pekerjaan yang satu dengan yang lain bisa saja sama, namun dalam pemaknaan dan pemanfaatannya yang berbeda. Oleh sebab itu, penting untuk menginventarisasi register pada setiap bidang pekerjaan agar dapat memperjelas makna khusus dan pemanfaatannya.
Sebagai sebuah variasi bahasa, register bahasa Gorontalo di kalangan masyarakat pengrajin pandai besi sudah mulai terancam punah.Hal ini disebab oleh sudah mulai berkurangnya penutur bahasa Gorontalo yang berprofesi sebagai pengrajin pandai besi.Kurangnya penutur bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi iniseiring dengan semakin berkurangnya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai pengrajin pandai besi.Banyak masyarakat yang tadinya bermatapencaharian pandai besi, kini telah beralih profesi misalnya mengemudikan bentor.Bahkan, tidak sedikit di antara keluarga pengrajin pandai besi yang telah atau akanberhenti dari pekerjaannya karena sudah tidak ada lagi generasi penerus. Umumnya, generasi penerus pengrajin pandai besi telah memilih pekerjaan lain seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau swasta. Akibatnya, pekerjaan pandai besi atau ta moodupawasudah mulai terasa langka.
Jika masyarakat pengrajin pandai besi semakin berkurang, secara tidak langsung kata-kata atau istilah-istilah khas (register) yang merupakan salah satu indikator kekayaan leksikon bahasa Gorontalo pun semakin berkurang.Menyikapi realitas seperti ini, perlu segera dilakukan langkah-langkah konkret berupa penelitian. Penelitian dimaksudkan untuk menginventarisasi register bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat pengrajin pandai besi sehingga register-register bahasa Gorontalo ini tidak akanpunahseiring dengan semakin berkurangnya masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin pandai besi. Register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi tersebut mencakup (1) register peralatan yang dgunakan untuk pekerjaan,(2) register proses atau tahapan pekerjaan, dan (3) register hasil produksi pandai besi.

METODOLOGI
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif yaitu data yang berupa leksikon atau kata-kata khas (register) bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat pengrajin pandai besi. Data-data tersebut bersumber dari tuturan langsung para pengrajin pandai besi yang dijadikan informan.Jumlah informan tidak ditetapkan karena dalam penentuan jumlah informan digunakan model snowball, yaitu teknik penetapan jumlah informan yang makin lama semakin banyak sesuai dengan kebutuhan data penelitian.
Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian, digunakan teknik observasi partisipan dan teknik simak libat cakap.Pertama,teknik observasi partisipan digunakan dengan tujuan (1) untuk memperoleh jumlah dan kualitas data yang dikumpulkan, dan (2) peneliti lebih akrab dengan kegiatan masyarakat yang diteliti (Milroy dan Gordon2003:68).Kedua, teknik simak libat cakap dalam penelitian ini digunakan dengan cara keterlibatan langsung peneliti dalam komunikasi keseharian bersama para pengrajin pandai besi. Penelitimenyimak segala perkataan yang dituturkan oleh para pengrajin pandai besi, kemudian bercakap-cakap dengan mereka sehingga semakin banyak data register yang ditemukan.Pembicaraan dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah informan bekerja.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Untuk kepentingan analisis data digunakan teknik analisis data kualitatif seperti dikemukakan oleh Miles dan Huberman(1994:10-12), yang mencakup reduksi data (data reduction), display data (data display), dan konklusi dan verifikasi (conclution drawing and verification).

LANDASAN TEORI
Berbicara tentang register tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang sosiolinguistik sebagai kajian terhadap penggunaan bahasa dalam konteks sosial/masyarakat. Trauth dan Kazzazi (1998:1089) berpandangan bahwa sosiolinguistik merupakan disiplin ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari kerja sama linguistik dan sosiologi yang menyelidiki makna sosial sistem bahasa dan penggunaan bahasa. Wardhaugh (2006:13) menyatakan bahwa sosiolinguistik merupakan kajian linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat, dengan tujuan untuk lebih memahami struktur bahasa dan fungsi bahasa dalam komunikasi.Coulmas (2003:563) berpendapat bahwa sosiolinguistik adalah studi empiris tentang bagaimana bahasa digunakan di masyarakat.Malmkjaer (2002:482) mengemukakan bahwa sosiolinguistik merupakan studi tentang bahasa dalam konteks sosial dan studi tentang kehidupan sosial melalui linguistik.Yang terakhir, Coupland (2007:4) menyatakan bahwa sosiolinguistik berhubungan dengan kajian bahasa “dalam masyarakat” atau bahasa “dalam konteks sosialnya”.
Register sebagai bagian dari bahasan sosiolinguistik lebih berhubungan dengan variasi bahasa yang sesuai dengan konteks kebutuhan pemakainya. Hal ini seperti dikemukakan oleh Halliday (dalam Widdowson1973:31) bahwa register adalah variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan penggunaannya. Sementara Broadly (dalam Strazny 2005:898) berpendapat bahwa register berhubungan dengan cara orang menggunakan bahasa dalam situasi yang berbeda. Jelas bahwa register lebih berhubungan dengan siapa yang menggunakan bahasa, dan untuk kepentingan apa bahasa tersebut digunakan. Bahasa yang digunakan bisa saja sama, namun penggunaannya yang berbeda oleh sekelompok orang untuk kepentingan tertentu, dapat dikategorikan sebagai register.
Penggunaan register suatu bahasa lebih spesifik ditemukan dalam konteks pekerjaan tertentu. Menurut Wilkins (dalam Pateda2001:106) bahwa register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Wardaugh (2006:48). Menurutnya, bahwa register ialah seperangkat kosakata yang berhubungan dengan bidang pekerjaan atau kelompok sosial. Kedua pakar ini melihat register sebagai variasi bahasa yang dihubungkan dengan bidang pekerjaan atau profesi tertentu. Ciri utama register adalah kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain (Chaer dan Agustina 2004:68).Dari berbagai pendapat tentang register, pengertian yang dijadikan acuan penelitian adalah pengertian yang dikemukakan oleh Wilkins dan Wardaugh.

PEMBAHASAN
Pengrajin pandai besi terdiri atas dua orang pekerja utama, yaitu kepala bas atau yang disebut ta mopaani dan seorang pembantunya yang disebut ta mohiiyo.Register bahasa Gorontalo pun lebih banyak digunakan oleh kedua pekerja tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari interaksi kedua pekerja tersebut yang dapat saling mengerti setiap tuturan.Selain kedua pekerja tadi, register juga dapat dimengerti dan dipahami oleh para pelanggan atau orang-orang yang sudah biasa memesan barang produksi dari para pengrajin pandai besi.Walaupun demikian, pemahaman para pelanggan itu masih sangat terbatas pada register yang sering mereka dengar saja.Artinya, dari sekian banyak register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi, hanya sedikit yang dapat dimengerti atau dipahami oleh para pelanggan.Register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi dapat dikelompokkan berdasarkan peralatan kerja yang digunakan, tahapan proses pekerjaan, dan barang hasil produksi pandai besi. Ketiga kelompok register tersebut seperti diuraikan berikut ini.
Register Bahan/Peralatan
Pelanggan : Pohutu mola wamilo madelo tomaya lio botie!(Tolong buatkan parang dengan motif/polanya seperti ini!)
Kalimat di atas banyak diungkapkan oleh pelanggan yang hendak memesan parang kepada kepala bas.Kata tomayasebenarnya diturunkan dari kata humaya yang berarti ‘seperti atau serupa’.Para pengrajin pandai besi menggunakan katatomaya ini untuk menyebutkan sejenis benda yang dijadikan ‘motif/pola’ yang nantinya dijadikan acuan model parang yang sesuai dengan pesanan pelanggan.Kata tomaya disepadankan dengan kata ‘motif atau pola’ karena merujuk pada benda yang dijadikan pola dasar bentuk barang produksi.Layaknya penjahit baju yang menggunakan pola untuk menjahit, maka pengrajin pandai besi pun menggunakan pola atau motif yang disebut tomaya.
Kepala Bas :Hama po mai o’aato boito! (Ambilkan o’aato itu!)
Kalimat tersebut sering disampaikan oleh Kepala Bas kepada pembantunya.Dalam kalimat tersebut terdapat katao’aato yang cukup sulit dicarikan padanan dalam bahasa Indonesia.Kata o’aatosebenarnya berhubungan dengan kata a’aato yang berarti ‘sapu’.Kata o’aato berhubungan arti dengan kata a’aato (sapu) karena fungsinya untuk membersihkan sesuatu.Namun, bedanya adalah jika a’aato (sapu) untuk membersihkan kotoran di lantai, maka a’aato digunakan untuk membersihkan atau mengatur pembakaran besi.Katao’aato merupakan alat yang terbuat dari besi berdiameter 10 mm dengan panjang ± 60 cm. Alat ini digunakan untuk mengatur baraapi sehingga pembakaran menjadi lebih baik. Jika kata ini didengar oleh masyarakat penutur bahasa Gorontalo pada umumnya, maka mereka akan mengira yang dimaksudkan adalah a’aato atau ‘sapu’.
Kepala bas  : Madidu gaga tuutupitoboti. (Penjepit ini sudah tidak bagus lagi.)
Kalimat di atas lebih banyak diungkapkan oleh kepala bas yang ditujukan kepada pembantunya.Kata tuutupito pada kalimat di atas merupakan register yang diturunkan dari ubahan kata pohupeto yang berarti ‘penjepit’. Kata yang umum dipahami oleh penutur bahasa Gorontalo adalah kata pohupeto‘penjepit’.Kata tuutupito di kalangan pengrajin pandai besi merujuk pada sebuah alat yang dipegang oleh kepala bas dan digunakan untuk menjepit besi yang sudah dipanaskan.Tuutupito terbuat dari besi yang bermodel penjepit dengan panjang ± 30 cm.
Pembantu    : Ma moali tuangalo tinggiboito? (Apakah sudah bisa diisi tinggi itu?)
Ketika pembantu menanyakan kalimat di atas kepada kepala bas, maka kepala bas tersebut langsung mengerti.Kata tinggi pada kalimat di atas merupakan kata asli bahasa Gorontalo yang hanya digunakan di kalangan pengrajin pandai besi.Para pengrajin pandai besi pun tidak mengetahui asal-usul kata tersebut. Kata tinggi mengacu pada sebuah benda yang berisi air dan digunakan untuk mencelupkan besi yang masih panas untuk didinginkan.Tinggi pada zaman dahulu masih menggunakan belahan bambu yang digunakan untuk menampung air.Sekarang tinggi sudah terbuat dari beton atau cor.
Register Tahapan Proses Pekerjaan
Kepala bas :    Donggo Molotahupo ito.(Kita akanmembelah-belah.)
Kata molotahu atau ‘membelah’ pada kalimat di atas merupakan bahasa Gorontalo yang umum dipahami oleh penutur bahasa Gorontalo.Walaupun arti umumnya diketahui, tidak semua orang paham arti molotahu pada usaha pandai besi.Kata inihanya dipahami oleh pengrajin pandai besi itu sendiri, dan sebagian kecil pelanggan.Kata molotahu di kalangan pengrajin pandai besi merujuk pada kegiatan membelah-belah besi sesuai dengan ukuran yang diinginkan.Tahapan molotahu merupakan tahapan paling awal dalam pekerjaan pandai besi.Sebelum sebuah barang produksi dibentuk, harus dibelah-belah sesuai ukuran barang tersebut.Oleh karena itu, kata ini banyak diungkapkan oleh kepala bas kepada pembantunya sehingga pembantunya dapat menyiapkan palu yang khusus digunakan untuk tahapan pekerjaan tersebut.
Pembantu    : Ma peta’alo? (Akan ditipiskan)
Pada proses pekerjaan, pembantu kepala bas sering mengkonfirmasikan kalimat tersebut. Kata peta’alo pada kalimat di atas diturunkan dari kata peta’o yang berarti ‘tipis’.Tahapan pekerjaan mometa’o ‘menipiskan’ merupakan tahapan mengetuk besi yang tebal menjadi tipis sehingga lebih mudah dibentuk sesuai pesanan pelanggan.Tahapan ini merupakan tahapan yang paling sulit karena membutuhkan tenaga ekstra.Besi yang masih tebal sesuai dengan ukuran besi sebenarnya ditipiskan sehingga bisa lebih mudah dibentuk sesuai dengan pola yang telah ada.
Kepala bas : Ma lihitolo wamilo. (Akan ditajamkan parangnya.)
Kalimat ini diucapkan oleh kepala baskepada pembantunya saat proses pekerjaan berlangsung. Ketika mendengar kalimat tersebut, pembantunya memahami dan langsung menyesuaikan posisi palunya untuk menajamkan parang yang sedang diketuk.Kata lihito berhubungan dengan kata molalito yang berarti ‘tajam’.Kata lihito merupakan tahapan pekerjaan menipiskan bagian mata parang atau mata pisau sehingga lebih mudah saat dikikir.
Register Barang-Barang Produksi
I’iyami
Kata i’iyami pada kalimat di atas merupakan akronim dari dua kata dalam bahasa Gorontalo, yaitu i’ilo (pisau) dan wamilo (parang).Kata i’iyami dibentuk dari dua kata karena disesuaikan dengan fungsi benda.I’iyami mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengiris (pisau) dan untuk memotong (parang).Barang produksi pandai besi ini banyak digunakan untuk memberisihkan atau menyiangi rumput-rumput kecil yang ada di halaman rumah, serta untuk memotong-motong kayu yang tidak terlalu keras.Selaindi kalangan pengrajin pandai besi, kata ini pun sudah banyak diketahui oleh para pelanggan atau pedagang besi.
Benggo
Kalimat ini umumnya diungkapkan oleh kepala bas kepada pembantunya.Ketika kepala bas mengucapkan kalimat di atas, pembantunya langsung memahami maksud kata benggo yang diungkapkan oleh kepala bas.Kata benggo dapat diterjemahkan ‘bengkok’.Kata ini mengacu pada jenis barang produksi pandai besi yang berbentuk parang, namun bagian kepalanya agak bengkok ke atas.Barang produksi benggo ini banyak digunakan untuk memotong kayu atau batang pohon yang agak besar ukurannya.
Dudangata
Dudangata dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘kukur’, yaitu sejenis alat yang digunakan untuk mengukur kelapa. Kata tersebut diturunkan dari dua kata, yaitu dungu-dungu wau danga-dangaartinya ‘merunduk dan tengkurap’.Kata dudangata atau ‘kukur’ diturunkan dari dua kata tadi karena hubungan kemiripan model dan posisi alat tersebut saat digunakan.Dudangata dipasang dalam posisi merunduk dan tengkurap.

SIMPULAN
Dari sampel data yang dianalisis di atas, dapat disimpulkan bahwa register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi mencakup (1) register peralatan yang dgunakan untuk pekerjaan, (2) register proses atau tahapan pekerjaan, dan (3) register hasil produksi pandai besi. Jenis-jenis register tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber pembentukannya. Pertama, register yang bersumber dari kata asli bahasa Gorontalo.Artinya, kata-kata yang tergolong register tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat penutur bahasa Gorontalo secara umum.Kedua, register yang bersumber dari kata-kata khusus.Artinya, kata-kata tersebut tetap berbahasa Gorontalo, namun tidak banyak diketahui, bahkan tidak diketahui oleh masyarakat penutur bahasa Gorontalo pada umumnya.Ketiga, register yang bersumber dari gabungan dua kata atau lebih yang disingkat menjadi satu. Register jenis ini berbentuk akronim sehingga ketika diucapkan, tidak semua penutur bahasa Gorontalo pada umumnya dapat mengerti maksudnya tanpa melihat terlebih dahulu objek kata tersebut. Sebagai salah satu bentuk kekayaan bahasa Gorontalo, register di kalangan pengrajin pandai besi perlu segera diinventarisasi. Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi sehingga data register tersebut dapat dijadikan sebagai leksikon-leksikon yang nantinya dapat memperkaya kosakata bahasa Gorontalo.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Coulmas, Florian. 2003. “Sociolinguistics”. Dalam Mark Aronoff dan Janie Rees-Miller (Ed) The Handbook of Linguistics. USA: Blackwell Publisher.
Coupland, Nikolas. 2007. Style : Language Variation and Identity, Key Topics in Sociolinguistics. New York: Cambidge University Press.
Malmkjaer, Kristen. 2002. The Linguistics Encyclopedia. Second Edition. London and Newyork: Routledge.
Miles, Matthew B. dan Michael A. Huberman.1994.Qualitative Data Analysis.Second Edition. London: SAGE Pusblishing.
Milroy, Lesley and Matthew Gordon. 2003. Sociolinguistics : Method and Interpretation. Australia: Blackwell Publishing.
Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Gorontalo: Viladan.
Strazny, Philipp (Ed). 2005. Encyclopedia of Linguistcs. New York: An Imprint of the Taylor & Francis Group
Trauth, Gregory and Kerstin Kazzazi (Ed).1998.Routledge Dictionary of Language and Lingistics. New York: Routledge.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. Australia: Blackwell Publishing.