REGISTER BAHASA
GORONTALO DI KALANGAN PENGRAJIN PANDAI BESI
(Suatu Kajian Sosiolinguistik)
Herman
Didipu
Universitas Negeri
Gorontalo
Abstrak
Register
bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi merupakan salah satu dari
sekian banyak variasi bahasa Gorontalo dalam hubungannya dengan jenis
pekerjaan. Para pengrajin pandai besi atau dalam bahasa Gorontalo disebut ta moodupawa mempunyai istilah-istilah
atau kata-kata khas yang khusus menyebutkan jenis peralatan pekerjaan yang
mereka gunakan, setiap tahapan pembuatan barang produksi, hingga barang
produksinya pun mempunyai nama-nama khusus yang tidak banyak diketahui oleh
masyarakat umum.Seiring berjalannya waktu, register bahasa Gorontalo di
kalangan pengrajin pandai besi mulai terancam punah.Hal ini disebabkan oleh
mulai berkurangnya penutur bahasa Gorontalo yang bermatapencaharian sebagai
pengrajin pandai besi.Hal ini tentunya berimplikasi pada ancaman kepunahan
bahasa Gorontalo itu sendiri.Untuk itu, dianggap perlu untuk melakukan
inventarisasi dan kajian terhadap ragam register bahasa Gorontalo di kalangan
pengrajin pandai besi. Untuk kepentingan inventarisasi dan kajian, register
bahasa Gorontalo tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu (1)
register bahasa Gorontalo ditinjau dari peralatan-peralatan yang digunakan; (2)
register bahasa Gorontalo ditinjau dari tahapan-tahapan proses pengerjaan
barang produksi; dan (3) register bahasa Gorontalo ditinjau dari nama-nama
barang hasil produksi.
Kata
Kunci : register, bahasa Gorontalo, pengrajin pandai besi.
PENDAHULUAN
Bahasa Gorontalo
merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia.Dalam
penggunaannya, bahasa Gorontalo memiliki berbagai variasi yang salah satunya
ditentukan oleh jenis pekerjaan atau profesi masyarakat.Artinya, penggunaan
bahasa Gorontalo di setiap kalangan pekerjamempunyai variasi yang berbeda baik
dari penamaan peralatan maupun dari kata atau ungkapan dalam
percakapan.Kalangan masyarakat nelayan (ta
moohalawa) mempunyai variasi berupa kata-kata khas yang khusus digunakan
oleh masyarakat nelayan.Masyarakat petani (ta
moomengia) memiliki variasi bahasa Gorontalo tersendiri yang khusus
digunakan di kalangan mereka.Demikian pula dengan kalangan masyarakat pengrajin
pandai besi(ta moodupawa) yang
mempunyai variasi tersendiri baik dari penamaan peralatan yang digunakan,
setiap tahapankegiatan pekerjaan, hingga hasil produksinya.
Salah satu variasi bahasa
Gorontalo berdasarkan jenis pekerjaan adalah kalangan masyarakat pengrajin
pandai besi, atau yang disebut ta
moodupawa.Dalam bidang pekerjaan pandai besi, para pekerja mempunyai
istilah-istilah atau kata-kata khas yang khusus menyebutkan peralatan pekerjaan
yang mereka gunakan.Selain itu, dalam hal tahapan pembuatan barang – pisau,
parang, dan lain-lain –mempunyai istilah atau kata-kata khusus.Bahkan, sampai
dengan barang produksinya pun mempunyai nama-nama khusus yang tidak banyak
diketahui oleh masyarakat umum.
Penggunaanseperangkat
bahasa atau kosataka yang khas dalambidang pekerjaan tertentu disebut register (Wardaugh2006:48).
Penggunaan kata atau istilah antara bidang pekerjaan yang satu dengan yang lain
bisa saja sama, namun dalam pemaknaan dan pemanfaatannya yang berbeda. Oleh
sebab itu, penting untuk menginventarisasi register pada setiap bidang
pekerjaan agar dapat memperjelas makna khusus dan pemanfaatannya.
Sebagai sebuah variasi
bahasa, register bahasa Gorontalo di kalangan masyarakat pengrajin pandai besi
sudah mulai terancam punah.Hal ini disebab oleh sudah mulai berkurangnya
penutur bahasa Gorontalo yang berprofesi sebagai pengrajin pandai
besi.Kurangnya penutur bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi
iniseiring dengan semakin berkurangnya masyarakat yang bermatapencaharian
sebagai pengrajin pandai besi.Banyak masyarakat yang tadinya bermatapencaharian
pandai besi, kini telah beralih profesi misalnya mengemudikan bentor.Bahkan,
tidak sedikit di antara keluarga pengrajin pandai besi yang telah atau
akanberhenti dari pekerjaannya karena sudah tidak ada lagi generasi penerus.
Umumnya, generasi penerus pengrajin pandai besi telah memilih pekerjaan lain
seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau swasta. Akibatnya, pekerjaan pandai
besi atau ta moodupawasudah mulai
terasa langka.
Jika masyarakat
pengrajin pandai besi semakin berkurang, secara tidak langsung kata-kata atau
istilah-istilah khas (register) yang merupakan salah satu indikator kekayaan
leksikon bahasa Gorontalo pun semakin berkurang.Menyikapi realitas seperti ini,
perlu segera dilakukan langkah-langkah konkret berupa penelitian. Penelitian
dimaksudkan untuk menginventarisasi register bahasa Gorontalo yang digunakan
oleh masyarakat pengrajin pandai besi sehingga register-register bahasa
Gorontalo ini tidak akanpunahseiring dengan semakin berkurangnya masyarakat
yang berprofesi sebagai pengrajin pandai besi. Register bahasa Gorontalo di
kalangan pengrajin pandai besi tersebut mencakup (1) register peralatan yang
dgunakan untuk pekerjaan,(2) register proses atau tahapan pekerjaan, dan (3)
register hasil produksi pandai besi.
METODOLOGI
Data dalam penelitian
ini bersifat kualitatif yaitu data yang berupa leksikon atau kata-kata khas
(register) bahasa Gorontalo yang digunakan oleh masyarakat pengrajin pandai
besi. Data-data tersebut bersumber dari tuturan langsung para pengrajin pandai
besi yang dijadikan informan.Jumlah informan tidak ditetapkan karena dalam
penentuan jumlah informan digunakan model snowball,
yaitu teknik penetapan jumlah informan yang makin lama semakin banyak sesuai
dengan kebutuhan data penelitian.
Untuk kepentingan pengumpulan
data penelitian, digunakan teknik observasi partisipan dan teknik simak libat
cakap.Pertama,teknik observasi
partisipan digunakan dengan tujuan (1) untuk memperoleh jumlah dan kualitas
data yang dikumpulkan, dan (2) peneliti lebih akrab dengan kegiatan masyarakat
yang diteliti (Milroy dan Gordon2003:68).Kedua,
teknik simak libat cakap dalam penelitian ini digunakan dengan cara
keterlibatan langsung peneliti dalam komunikasi keseharian bersama para
pengrajin pandai besi. Penelitimenyimak segala perkataan yang dituturkan oleh
para pengrajin pandai besi, kemudian bercakap-cakap dengan mereka sehingga
semakin banyak data register yang ditemukan.Pembicaraan dilakukan pada saat
sebelum, sedang, atau setelah informan bekerja.
Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Untuk kepentingan analisis data digunakan
teknik analisis data kualitatif seperti dikemukakan oleh Miles dan
Huberman(1994:10-12), yang mencakup reduksi data (data reduction), display data (data
display), dan konklusi dan verifikasi (conclution
drawing and verification).
LANDASAN TEORI
Berbicara tentang
register tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang sosiolinguistik
sebagai kajian terhadap penggunaan bahasa dalam konteks sosial/masyarakat.
Trauth dan Kazzazi (1998:1089) berpandangan bahwa sosiolinguistik merupakan
disiplin ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari kerja sama linguistik dan
sosiologi yang menyelidiki makna sosial sistem bahasa dan penggunaan bahasa.
Wardhaugh (2006:13) menyatakan bahwa sosiolinguistik merupakan kajian
linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat, dengan
tujuan untuk lebih memahami struktur bahasa dan fungsi bahasa dalam komunikasi.Coulmas
(2003:563)
berpendapat bahwa sosiolinguistik adalah studi empiris tentang bagaimana
bahasa digunakan di masyarakat.Malmkjaer (2002:482) mengemukakan bahwa sosiolinguistik
merupakan
studi tentang bahasa dalam konteks sosial dan studi tentang kehidupan
sosial melalui linguistik.Yang
terakhir, Coupland (2007:4) menyatakan bahwa sosiolinguistik berhubungan dengan
kajian bahasa “dalam masyarakat” atau bahasa “dalam konteks sosialnya”.
Register sebagai
bagian dari bahasan sosiolinguistik lebih berhubungan dengan variasi bahasa yang
sesuai dengan konteks kebutuhan pemakainya. Hal ini seperti dikemukakan oleh
Halliday (dalam Widdowson1973:31) bahwa register adalah variasi bahasa yang
dibedakan berdasarkan penggunaannya. Sementara Broadly (dalam Strazny 2005:898)
berpendapat bahwa register berhubungan dengan cara orang menggunakan bahasa
dalam situasi yang berbeda. Jelas bahwa register lebih berhubungan dengan siapa
yang menggunakan bahasa, dan untuk kepentingan apa bahasa tersebut digunakan. Bahasa
yang digunakan bisa saja sama, namun penggunaannya yang berbeda oleh sekelompok
orang untuk kepentingan tertentu, dapat dikategorikan sebagai register.
Penggunaan register suatu
bahasa lebih spesifik ditemukan dalam konteks pekerjaan tertentu. Menurut
Wilkins (dalam Pateda2001:106) bahwa register adalah pemakaian bahasa yang
dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Pandangan yang sama dikemukakan oleh
Wardaugh (2006:48). Menurutnya, bahwa register ialah seperangkat kosakata yang
berhubungan dengan bidang pekerjaan atau kelompok sosial. Kedua pakar ini
melihat register sebagai variasi bahasa yang dihubungkan dengan bidang
pekerjaan atau profesi tertentu. Ciri utama register adalah kosakata khusus
yang tidak digunakan dalam bidang lain (Chaer dan Agustina 2004:68).Dari
berbagai pendapat tentang register, pengertian yang dijadikan acuan penelitian
adalah pengertian yang dikemukakan oleh Wilkins dan Wardaugh.
PEMBAHASAN
Pengrajin pandai besi
terdiri atas dua orang pekerja utama, yaitu kepala bas atau yang disebut ta mopaani dan seorang pembantunya yang
disebut ta mohiiyo.Register bahasa
Gorontalo pun lebih banyak digunakan oleh kedua pekerja tersebut. Hal tersebut
dapat dilihat dari interaksi kedua pekerja tersebut yang dapat saling mengerti
setiap tuturan.Selain kedua pekerja tadi, register juga dapat dimengerti dan dipahami
oleh para pelanggan atau orang-orang yang sudah biasa memesan barang produksi
dari para pengrajin pandai besi.Walaupun demikian, pemahaman para pelanggan itu
masih sangat terbatas pada register yang sering mereka dengar saja.Artinya, dari
sekian banyak register bahasa Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi, hanya
sedikit yang dapat dimengerti atau dipahami oleh para pelanggan.Register bahasa
Gorontalo di kalangan pengrajin pandai besi dapat dikelompokkan berdasarkan peralatan
kerja yang digunakan, tahapan proses pekerjaan, dan barang hasil produksi
pandai besi. Ketiga kelompok register tersebut seperti diuraikan berikut ini.
Register Bahan/Peralatan
Pelanggan : Pohutu
mola wamilo madelo tomaya lio botie!(Tolong buatkan parang dengan motif/polanya
seperti ini!)
Kalimat di atas banyak
diungkapkan oleh pelanggan yang hendak memesan parang kepada kepala bas.Kata tomayasebenarnya diturunkan dari kata humaya yang berarti ‘seperti atau
serupa’.Para pengrajin pandai besi menggunakan katatomaya ini untuk menyebutkan sejenis benda yang dijadikan
‘motif/pola’ yang nantinya dijadikan acuan model parang yang sesuai dengan
pesanan pelanggan.Kata tomaya disepadankan
dengan kata ‘motif atau pola’ karena merujuk pada benda yang dijadikan pola
dasar bentuk barang produksi.Layaknya penjahit baju yang menggunakan pola untuk
menjahit, maka pengrajin pandai besi pun menggunakan pola atau motif yang
disebut tomaya.
Kepala
Bas :Hama po mai o’aato boito!
(Ambilkan o’aato itu!)
Kalimat tersebut sering
disampaikan oleh Kepala Bas kepada pembantunya.Dalam kalimat tersebut terdapat katao’aato yang cukup sulit dicarikan
padanan dalam bahasa Indonesia.Kata o’aatosebenarnya
berhubungan dengan kata a’aato yang
berarti ‘sapu’.Kata o’aato berhubungan
arti dengan kata a’aato (sapu) karena
fungsinya untuk membersihkan sesuatu.Namun, bedanya adalah jika a’aato (sapu) untuk membersihkan kotoran
di lantai, maka a’aato digunakan untuk
membersihkan atau mengatur pembakaran besi.Katao’aato merupakan alat yang terbuat dari besi berdiameter 10 mm
dengan panjang ± 60 cm. Alat ini digunakan untuk mengatur baraapi sehingga
pembakaran menjadi lebih baik. Jika kata ini didengar oleh masyarakat penutur
bahasa Gorontalo pada umumnya, maka mereka akan mengira yang dimaksudkan adalah
a’aato atau ‘sapu’.
Kepala
bas : Madidu gaga tuutupitoboti. (Penjepit
ini sudah tidak bagus lagi.)
Kalimat di atas lebih
banyak diungkapkan oleh kepala bas yang ditujukan kepada pembantunya.Kata tuutupito pada kalimat di atas merupakan
register yang diturunkan dari ubahan kata pohupeto
yang berarti ‘penjepit’. Kata yang umum dipahami oleh penutur bahasa
Gorontalo adalah kata pohupeto‘penjepit’.Kata
tuutupito di kalangan pengrajin
pandai besi merujuk pada sebuah alat yang dipegang oleh kepala bas dan digunakan
untuk menjepit besi yang sudah dipanaskan.Tuutupito
terbuat dari besi yang bermodel penjepit dengan panjang ± 30 cm.
Pembantu
: Ma moali tuangalo tinggiboito? (Apakah
sudah bisa diisi tinggi itu?)
Ketika pembantu menanyakan
kalimat di atas kepada kepala bas, maka kepala bas tersebut langsung mengerti.Kata
tinggi pada kalimat di atas merupakan
kata asli bahasa Gorontalo yang hanya digunakan di kalangan pengrajin pandai
besi.Para pengrajin pandai besi pun tidak mengetahui asal-usul kata tersebut. Kata
tinggi mengacu pada sebuah benda yang
berisi air dan digunakan untuk mencelupkan besi yang masih panas untuk
didinginkan.Tinggi pada zaman dahulu
masih menggunakan belahan bambu yang digunakan untuk menampung air.Sekarang tinggi sudah terbuat dari beton atau
cor.
Register Tahapan Proses Pekerjaan
Kepala
bas : Donggo Molotahupo ito.(Kita akanmembelah-belah.)
Kata molotahu atau ‘membelah’ pada kalimat di
atas merupakan bahasa Gorontalo yang umum dipahami oleh penutur bahasa
Gorontalo.Walaupun arti umumnya diketahui, tidak semua orang paham arti molotahu pada usaha pandai besi.Kata inihanya
dipahami oleh pengrajin pandai besi itu sendiri, dan sebagian kecil pelanggan.Kata
molotahu di kalangan pengrajin pandai
besi merujuk pada kegiatan membelah-belah besi sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.Tahapan molotahu merupakan
tahapan paling awal dalam pekerjaan pandai besi.Sebelum sebuah barang produksi
dibentuk, harus dibelah-belah sesuai ukuran barang tersebut.Oleh karena itu,
kata ini banyak diungkapkan oleh kepala bas kepada pembantunya sehingga pembantunya
dapat menyiapkan palu yang khusus digunakan untuk tahapan pekerjaan tersebut.
Pembantu : Ma peta’alo? (Akan ditipiskan)
Pada proses pekerjaan,
pembantu kepala bas sering mengkonfirmasikan kalimat tersebut. Kata peta’alo pada kalimat di atas diturunkan
dari kata peta’o yang berarti
‘tipis’.Tahapan pekerjaan mometa’o ‘menipiskan’
merupakan tahapan mengetuk besi yang tebal menjadi tipis sehingga lebih mudah
dibentuk sesuai pesanan pelanggan.Tahapan ini merupakan tahapan yang paling
sulit karena membutuhkan tenaga ekstra.Besi yang masih tebal sesuai dengan
ukuran besi sebenarnya ditipiskan sehingga bisa lebih mudah dibentuk sesuai
dengan pola yang telah ada.
Kepala
bas : Ma lihitolo wamilo. (Akan ditajamkan parangnya.)
Kalimat ini diucapkan oleh
kepala baskepada pembantunya saat proses pekerjaan berlangsung. Ketika
mendengar kalimat tersebut, pembantunya memahami dan langsung menyesuaikan posisi
palunya untuk menajamkan parang yang sedang diketuk.Kata lihito berhubungan dengan kata molalito
yang berarti ‘tajam’.Kata lihito merupakan
tahapan pekerjaan menipiskan bagian mata parang atau mata pisau sehingga lebih
mudah saat dikikir.
Register Barang-Barang Produksi
I’iyami
Kata i’iyami pada kalimat di atas merupakan akronim
dari dua kata dalam bahasa Gorontalo, yaitu i’ilo
(pisau) dan wamilo (parang).Kata i’iyami dibentuk dari dua kata karena disesuaikan
dengan fungsi benda.I’iyami mempunyai
fungsi ganda, yaitu untuk mengiris (pisau) dan untuk memotong (parang).Barang produksi
pandai besi ini banyak digunakan untuk memberisihkan atau menyiangi
rumput-rumput kecil yang ada di halaman rumah, serta untuk memotong-motong kayu
yang tidak terlalu keras.Selaindi kalangan pengrajin pandai besi, kata ini pun
sudah banyak diketahui oleh para pelanggan atau pedagang besi.
Benggo
Kalimat ini umumnya
diungkapkan oleh kepala bas kepada pembantunya.Ketika kepala bas mengucapkan
kalimat di atas, pembantunya langsung memahami maksud kata benggo yang diungkapkan oleh kepala bas.Kata benggo dapat diterjemahkan ‘bengkok’.Kata ini mengacu pada jenis
barang produksi pandai besi yang berbentuk parang, namun bagian kepalanya agak
bengkok ke atas.Barang produksi benggo ini
banyak digunakan untuk memotong kayu atau batang pohon yang agak besar
ukurannya.
Dudangata
Dudangata
dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan ‘kukur’, yaitu sejenis alat yang digunakan untuk
mengukur kelapa. Kata tersebut diturunkan dari dua kata, yaitu dungu-dungu wau danga-dangaartinya
‘merunduk dan tengkurap’.Kata dudangata atau
‘kukur’ diturunkan dari dua kata tadi karena hubungan kemiripan model dan
posisi alat tersebut saat digunakan.Dudangata
dipasang dalam posisi merunduk dan tengkurap.
SIMPULAN
Dari sampel data yang
dianalisis di atas, dapat disimpulkan bahwa register bahasa Gorontalo di
kalangan pengrajin pandai besi mencakup (1) register peralatan yang dgunakan
untuk pekerjaan, (2) register proses atau tahapan pekerjaan, dan (3) register
hasil produksi pandai besi. Jenis-jenis register tersebut dapat dikelompokkan
menjadi tiga sumber pembentukannya. Pertama,
register yang bersumber dari kata asli bahasa Gorontalo.Artinya, kata-kata yang
tergolong register tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat penutur bahasa
Gorontalo secara umum.Kedua, register
yang bersumber dari kata-kata khusus.Artinya, kata-kata tersebut tetap
berbahasa Gorontalo, namun tidak banyak diketahui, bahkan tidak diketahui oleh
masyarakat penutur bahasa Gorontalo pada umumnya.Ketiga, register yang bersumber dari gabungan dua kata atau lebih
yang disingkat menjadi satu. Register jenis ini berbentuk akronim sehingga
ketika diucapkan, tidak semua penutur bahasa Gorontalo pada umumnya dapat
mengerti maksudnya tanpa melihat terlebih dahulu objek kata tersebut. Sebagai
salah satu bentuk kekayaan bahasa Gorontalo, register di kalangan pengrajin
pandai besi perlu segera diinventarisasi. Dalam hal ini perlu dilakukan
penelitian yang lebih mendalam lagi sehingga data register tersebut dapat
dijadikan sebagai leksikon-leksikon yang nantinya dapat memperkaya kosakata
bahasa Gorontalo.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.
2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Coulmas, Florian. 2003.
“Sociolinguistics”. Dalam Mark Aronoff dan Janie Rees-Miller (Ed) The Handbook of Linguistics. USA:
Blackwell Publisher.
Coupland, Nikolas. 2007. Style : Language Variation and Identity, Key
Topics in Sociolinguistics. New York: Cambidge University Press.
Malmkjaer, Kristen. 2002. The Linguistics Encyclopedia. Second
Edition. London and Newyork: Routledge.
Miles, Matthew B. dan Michael A.
Huberman.1994.Qualitative Data Analysis.Second
Edition. London: SAGE Pusblishing.
Milroy, Lesley and Matthew
Gordon. 2003. Sociolinguistics : Method
and Interpretation. Australia: Blackwell Publishing.
Pateda, Mansoer. 2001. Sosiolinguistik. Gorontalo: Viladan.
Strazny, Philipp (Ed). 2005. Encyclopedia
of Linguistcs. New York: An
Imprint of the Taylor & Francis Group
Trauth, Gregory and Kerstin
Kazzazi (Ed).1998.Routledge Dictionary of
Language and Lingistics. New York: Routledge.
Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics.
Australia: Blackwell Publishing.